Jumat, 10 April 2009

kebiasaan makanan dan cara makan ikan

BIOLOGI PERIKANAN

Kebiasaan Makanan Ikan dan Kebiasaan Cara Memakan

Disusun sebagai syarat tugas biologi perikanan

o

Disusun oleh:

Roy Docklas 230110070084

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2009


BAB I

PENDAHULUAN

Latar belakang

Ikan sebagai mahluk hidup didalam kehidupannya membutuhkan bahan makanan sebagai sumber energi dan gizi yang diperlukan dalam melakukan aktifitasnya yang mencakup pertumbuhan dan perkembangan serta reproduksi yang dilakukannya. Pada habitat alaminya yaitu perairan bebas sumber makanan yang diperlukan ikan telah tersedia dengan sendirinya pada kondisi terkait dengan pola rantai makanan yang ada di perairan tersebut. Ketersediaan pakan di perairan bebas memungkinkan ikan untuk memilih dan mencari sumber makanan yang dibutuhkannya tanpa terbatas ruang dan waktu, sedangkan ikan yang dibudidayakan dalam suatu petakan tambak relatif tidak mempunyai alternatif lain dalam memilih dan mencari sumber makanan karena ruang gerak dan habitatnya dibatasi oleh petakan tambak. Situasi ini mengarahkan ikan dalam suatu kondisi ketergantungan pakan yang di suplai dari luar lingkungannya, karena ketersediaan pakan alami yang ada di dalam perairan tersebut semakin menipis dengan bertambahnya ukuran ikan dan bahkan pada waktu tertentu akan mengakibatkan habisnya pakan alami tersebut. Besarnya populasi ikan dalam suatu perairan antara lain ditentukan oleh makanan yang tersedia. Dari makanan ini ada beberapa factor yang berhubungan dengan populasi tersebut yaitu jumlah dan kualitas makanan yang tersedia ( food habits ), mudahnya tersedia makanan, lama masa pengambilan dan cara memakan ikan dalam populasi tersebut ( feeding habits ). Jadi kebiasan makan dan cara memakan ikan itu secara alami bergantung kepada lingkungan tempat ikan itu hidup. Makanan yang telah digunakan oleh ikan tadi akan mempengaruhi sisa persediaan makanan dan sebaliknya dari makanan yang diambilnya akan mempengaruhi pertumbuhan, kematangan pada bagi tiap- tiap individu ikan ikut serta keberhasilan hidupnya ( survival ). Adanya makanan dalam perarairan selain terpengaruh oleh kondisi biotic lingkungan seperti suhu, cahaya, ruang dan luas permukaan.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kebiasaan makanan ( Food Habits )

Kebiasaan makanan ( food habits ) adalah kualitas dan kuantitas makanan yang dimakan oleh ikan. Umumnya makanan yang pertama kali dating dari luar untuk semua ikan dalam mengawali hidupnya ialah planktin yang bersel tuynggal yang berukuran kelcil. Jika untuk pertama kali ikan itu menemukan makanan berukuran tepat dengan mulutnya, diperkirakan akan dapat meneruskan hidupnya. Tetapi apabila dalam waktu relative singkat ikan tidak dapat menemukan makanan yang cocok dengan ukuran mulutnya akan terjadi kelaparan dan kehabiasan tenaga yang mengakibatkan kematian. Hal inilah yang antara lain menyebabkan ikan pada masa larva mempunyai mortalitas besar. Ikan yang berhasil mendapatkan makanan yang sesuai dengan mulut, setelah bertambah besar ikan itu akan merubah makanan baik dalam ukuran dan kualitasnya. Apabila telah dewasa ikan itu akan mengikuti pola kebiasaan induknya.refleksi perubahan makanan pada waktu kecil sebagai pemakan plankton dan bila dewasa akan mengikuti kebiasaan induknya dapat terlihat pada sisiknya.

Dalam pengelompokkan ikan berdasarkan makanannya, ada ikan sebagai pemakan plankton, pemakan tananman, pemakan detritus, ikan buas, dan ikan pemakan campuran. Berdasarkan kepada jumlah variasi dan macam-macam makanan tadi, ikan dapat dibagi menjadi

Euryphagic

Euryphagic adalah ikan pemakan bermacam-macam makanan

Stenophagic

Stenophagic adalah ikan pemakan makanan yang macamnya sedikit atau sempit.

Monophagic

Monophagic adalah ikan pemakan makanannya terdiri dari satu macam makanan .

Banyak spesies ikan dapat menyesuaikan diri dengan persediaan makanan dalam perairan sehubungan dengan musim yagn berlak. Dalam suatu daerah geografis luas untuk suatu spesies ikan yang hidup terpisah-pisah dapat terjadi perbedaan kebiasaan makanannya. Perbedaan ini bukan untuk satu ukuran saja tetapi untuk semua ukuran. Jadi untuk satu spesies ikan dengan ukuran yang sama dalam daerah berbeda, dapat berbeda kebiasaan makanannya. Perbedaan ini dapat terlihat jelas pada spesies ikan yang hidup dalam perairan tawar. Namun dalam suatu perairanpun kalau terjadi perubahan linkungan sehingga menyebabkan perubahan persediaan makanan, ikan akan merubah kebiasaan makanannya. Menurut Bardach ( personal communication, mei 1973 ) pada kultur iakan bandeng di Filipina, dengan mengunakan system kultur yang baru, ikan bandeng tersebut dipaksa memakan plankton lain. Kita mengetahui bahwa makanan ikan bandeng adalah thi air (lablap) yang terdiri dari kelompok ganggang hiojau biru. Di dalam bidang kultur memang sering diadakan pemaksaan perubahan kebiasaan makanan ikan dengan memberi makanan alami lain atau dengan makanan buatan yang cukup mengandung zat-zat kebutuhan tubuh termasuk beberapa vitamin yang diperlukan.

Seperti telah diketemukan bahwa berdasarkan makanannya secari garis besar ikan dapt digolongkan menjadi herbivore, karnivor, predator dan sebagainya. Akan tetapi dalam kenyataanya banyak sekali “overlap” disebabkan oleh keadaan habitat sekelilingnya dimana ikan itu hidup. Oleh karena itu dalam pemeriksaan untuk menggolongkan ikan berdasarkan kesukaan makanannya memerlukan contoh yang besar diambil dari berbagai macam lokasi. Apabila satu spesies ikan telah di ketahui secara umum kebiasaan makanannya, tetapi ketika diambil dari suatu perairan tertentu terdapat kelainan dalam lambungnya, hal ini menunjukkan bahwa habitat itu secara alami tidak sesuai dengan ikan itu. Banyak sekali penelitian yang menunjukkan walaupun ikan itu sama spesiesnya dan ukurannya, tetapi apabila habitat perairannya sedikit berbeda hasilnya tidak sama. Dengan demikian penilaian kesukaan ikan terhadap makanannya menjadi sangat relatif. Beberapa factor yang harus diperhatikan dalam hubungan ini ialah faktor penyebaran organism sebagai makanan ikan, factor ketersediaan makanan, faktor pilihan dari ikan itu sendiri serta faktor-faktor yang mempengaruhi perairan.

Berdasarkan penelitian yang diambil dari bermacam habitat yang berbeda, hasilnya menunjukkan bahwa ikan menduduki posisi rantai makanan yang berbeda untuk tiap habitat. Penyebarabn organisme makanan ikan di dalam suatu komuniti umumnya akan didapatkan bahwa beberapa persen spesies organisme mempunyai jumlah individu banyak. Sedang spesies sisanya berjumlah banyak dengan masing-masing jumlah individu sedikit atau jarng. Penyebaran organisme makanan yang dominan menyebabkan pengambilan makanan itu akan bertambah sedangkan pengambilan osganisme yang lain oleh ikan itu akan menurun. Ketersediaan makanan yang terdapat di perairan dapat diketahui apabila kita menganalisa makanan ikan itu dan membandingkannya dengan makanan yang terdapat dalam perairan.

2.2 Rantai Makanan

Rantai makanan adalah proses makan-dimakan sehingga tebentuk suatu ikatan antara mangsa dan pemangsa ( food chains). Plankton tumbuh-tumbuhan pada waktu mengadakan fotosintesa, menggunakan CO2 dan air dengan bantuan utama cahaya membuat hidrat arang dan menghasilkan zat asam yang berguna untuk ikan. Dengan demikian plankton dapat memproduksi zat organic dari zat anorgani, maka plankton tersebut dinamakan “penghasil awal”. Organisme yang memakan penhasil awal dinamakan “pemakan awal”. Organisme yang memakan pemakan awal dinamakan “pemakan kedua”. Pemakan kedua akan dimakan pemakan ketiga dan seterusnya. Susunan demikian itu yang dimaksud dengan rantai makanan. Panjang pendeknya rantai makanan bergantung kepada macam, ukuran atau umur ikan. Ikan buas yang besar merupakan pemakan yang tertinggi, akan tetapi akan lebih rendah dari pada organisme pemakan ikan buas tersebut.

Kolam ikan merupakan contoh yang baik untuk mengetahui rantai makanan dalam keadaan sangat disederhanakan. Disini akan terlihat pola pengelolaan yang direncanakan untuk menyalurkan energi melalui rantai makanan yang diusahakan sependek mungkin. Bila rantai makanan itu semakin panjang maka produksi terakhir yang di capai tidak secepat pada ikan dengan rantai yang pendek.

Kebanyakan para ahli biologi aquatik menyetujui bahwa bakteria dan algae merupakan dasar bagi rantai makanan. Bakteri mengunakan material sisa yang komplek menjadi bentuk yang lebih sederhana. Algae sanggup menggunakan garam-garam anorganik yaitu zat asam arang dan air dengan adanya sinar matahari membentuk zat organik. Akan tetapi rantai makanan dari bakteria ke ikan bukan meruapakan rantai makanan satu seri rantai makanan melainkan bentuknya lebih komplek shingga akan tepat apabila disebut jaring makanan karena terdiri dari berbagai rantai makanan yang saling bertautan.

Menurut Odum ( dalam Stele, 1970 ) konsep klasik dalam rantai makanan aquatik, bahwa zooplankton dianggap sebagai rantai pertama yang penting untuk pengahasil kedua. Konsep ini berdasarkan penelitian rantai makanan di laut daerah utara dimana tiap tahap tropiknya dapat dengan mudah diikuti. Kedudukan zooplankton bila makin dekat ke daerah pantai makin kurang peranannya. Bahkan di daerah eustuarin, kepentingan phytoplankton menjadi nomor dua. Di daerah pantai yang mempunyai peranan dalam rantai makanan sebagai rantai pertama diantaranya rumput lau daerah pantai (spartina), rumput laut (Thalassia,dsb), makro algae, mangrove dan mikroflora benthic. Ikan sebagai pemakan detritus dari organisme tersebut sebagi energi menggantikan zooplankton sebagai rantai pada herbivore. Beberapa spesies ikan yang telah sukses sebagai pemakan detritus materual tanaman mikro dan makro benthic di daerah pantai adalah ikan bandeng, dan belanak. Ikan pemakan detritus yang sukses hidup di air tawar diantaranya adalah ikan mas, ikan mujair, ikan nila.

2.3 Kebiasaan Cara makan ( Feeding Habits )

Kebiasaan cara makan adalah kapan waktu, tempat dan cara ikan mendapatkan makanannya. Kebanyakan cara ikan mencari makanan dengan menggunakan mata. Pembauan dan persentuhan digunakan juga untuk mencari makanan terutama oleh ikan pemakan dasar dalam perairan yang kekurangan cahaya atau dalam peraira keruh. Ikan yang menggunakan mata dalam mencari makanan akan mengukur apakah makanan itu cocok atau tidak untuk ukuran mulutnya. Tetapi ikan yang menggunakan pembauan dan persentuhan tidak melakukan pengukuran, melainkan kalau makanan sudah masuk mulut akan diterima atau ditolak.

Berdasarkan kepada kebisaan hidup dalam lingkungannya akan mempunyai mulut yang berbeda-beda untuk mengambil makanannya. Letak mulut ada yang inferior ( di bawah kepala ) seperti dalam golongan Elasmobranchia, Acipencer, Polyodon, dan lain-lain. Mulut yang letaknya terminal (di ujung dapan kepala ) terdapat kebanyakan ikan. Mulut ikan yang letaknya superior ( di bagian atas ) terdapat sperti ikan Hyporhamphus. Selain letaknya, mulut ikan bervariasi baik dalam bentuk,besar dan perlengkapan lainnya seperti gigi, alat peraba dan lainnya. Variasi pada tiap-tiap spesies ikan merupakan spesialisasi struktur dalam penyesuaian fungsi ekologi yang memberikan ikan itu suatu keuntungan tertentu dari pada ikan lain yang tidak mempunyai bentuk tadi. Keadaan demikian untuk beberapa spesies ikan tertentu yang hidup dalam suatu lingkungan yang khas memberikan kemungkinan kecil kecil sekali terjadi persaingan interspesifik. Dengan kata lain bahwa spesies tertentu itu mengadakan penyesuaian ysng menguntungkan dalam cara pengambilan makanan terhadpa lingkungannya.

Untuk larva ikan, mata merupakan indera yang penting untuk mencari dan menangkap makanannya. Bila larva menemukan mangsa didepan tubuhnya ia akan beraksi dengan menggerakkan mata sehingga berposisi simetris tertuju ke depan. Kemudian ia menggerakkan tubuh berupa loncatan-loncatan kecil. Bila mangsa sudah dekat yaitu kira-kira 1 – 2 mm di depan mulutnya, larva akan mendorong tubuhnya dari posisi badan berbentuk huruf s kemudian menangkap mangsa tadi. Biasanya mangsa seperti Copepoda tidak akan tingal diam, tetapi mengadakan reaksi. Pergerakan larva merupakan perangsang mangsa mengadakan pergerakan bila mana larva suda mendekat kira-kiar 2 – 3 mm mangsa akan meloncat sebelum ditangkap. Mangsa Diaptomus dapat mengadakan satu kali loncatan sejauh 5 mm. Mangsa yang sudah meloncat biasanya masih dalam jarak penglihatan larva. Persentase sukses pengambilan mangsa oleh larva bergantung pada kepadatan mangsa yaitu berkisar 20%.

Ikan pemakan mempnyai mulut relative kecil dan umumnya tidak ditonjolkan ke luar. Rongga mulut bagian dalam dilengkapi dengan jari-jari tapis insang yang panjang dan lemas untuk menyaring plankton yang di makan. Plankton yang masuk ke dalam mulut bersama-sama air. Plankton akan tinggal dalam mulut sedangkan airnya akan melalui celah insang. Umumnya mulut ikan pemakan plankton tidak dilengkapi dengan gigi. Alat pencernaan tidak mempunyai lambung seperti pada ikan buas dan usus pemakan plankton relative panjang tetapi tidak dilengkapi dengan perlengkapan sempurna untuk mencerna. Ikan pemakan plankton kalu makan ada yang suka membentuk suatu kelompok dan mencari kelompok plankton yang padat. Bila mereka menemukan yang dapat mereka makan dengan intensif dan lebih cepat dari pada makan ikan yang makannya terisolir. Sebaliknya ikan pemakan benthos dan ikan buas makanannya kurang intensif kalua mereka berkelompok tetapi makan lebih intensif kalau terisolir.

Ikan pemakan dasar pada waktu mencari makanan mengunakan sungut untuk meraba dasar perairan. Persentuhan sungut dengan mangsa atau makanannya akan menggerakkan mulut untuk mengambil mangsa. Kebanyakan makanan yang diambil terdiri dari invertebrata. Mulut pemakan dasar ada yang dilengkapi dengan gigi halus yang memenuhi ruang atas dan bawah, tetapi ada pula yang tidak dilengkapi dengan gigi seperti yang terdapat pada ikan. Ikan mas yang sudah tua dan besar akan merubah kebiasaan makanannya dari pemakan dasar menjadi pemakan rumput.

Umumnya ikan buas mencari mangsa mengunakan mata. Ikan buas aktif mencari makanan dengan berenang kian kemari, tetapi ikan yang tidak aktif akan menunggu mangsa di suatu tempat yang terlindung. Bila mangsa mendekat akan disergap. Ikan buas yang suka berkelompok jika telah dapat melokalisir mangsanya akan mengambil mangsa tersebut secara intensif dan cepat jika dibandingka dengan ikan yang terisolir. Tetapi hal ini bergantung pada distribusi dan konsentrasi makanantadi. Kadang-kadang ikan buas mengalami kesukaran menghadapi mangsa yang bergerombol karena mangsa tersebut bergerombolnya sedemikian rupa sehingga tidak ada satupun yang terlepas. Kalau kelompok ikan tadi dalam keadaan terpencar maka ikan predator akan makan secara intensif.

Sehubungan dengan kebiasaan ikan mencari makanannya, pada ikan terdapat apa yang dinamakan Feeding Periodicity masa aktif ikan untuk mencari makanan selama 24 jam. Bergantung kepada ikannya feeding periodicity ada yang satu ada yang dua kali. Lamanya ada yang satu jam atau dua jam bahkan ada yng terus menerus. Pada ikan buas yang memakan mangsa yang ukuran besar interval pengambilan makanannya mungkin lebih dari satu hari. Feeding periodicity ikan nocturnal aktif pada malam hari dimulai dari matahari terbenam sampai pagi dan untuk ikan diurnal pada siang hari. Feeding periodicity ini berhubungan dengan suplay makanan juga dengan musim. Kalau kondisi lingkungan menjadi buruk feeding periodicity dapat berubah, bahkan dapat menyebabkan terhentinya pengambilan makanan.

2.4 Spesialisasi Kebiasaan Makanan

Aktifitas mencari makan pada ikan pada alam bebas merupakan pekerjaan harian yang rutin dimana makanan tadi diketahui oleh ikandengan cara penglihatan, perabaan, pembauan. Makanan yang tersedia di alam dimanfaatkan oleh ikan biasanya dapat diketahui dengan mengambil contoh makanan yang ada pada lambungnya dan dilengkapi dengan daftar diet harien yang diambil ikan berbagi umur dan ukuran. Dalam mempelajari tentang kebiasaan, kesukaan dan macam-macam makanan ikan harus menyertakan pertimbangan terhadap morfologi fungsional dari tengkorak, rahang dan alat pencernaan ikan tersebut. Dengan memprtingkan hal-hal tersebut dapat diketahui gizi alami dan pembatas-pembatas kebiasaan makanan yang mungkin timbul. Ikan tanpa struktur mulut untuk menghisap lumpur tidak akan mendapatkan makanan di bawah batubatu besar padahal makanan disitu cukup banyak.

Mengenai feeding habits yaitu kebiasaan cara memakan pada ika sering kali di hubungkan dengan bentuk tubuh ayang khusus dan fungsional morfologi dari tengkoraknya, rahang dan alat pencernaan makanannya. Jadi ikan herbivore secara sederhana dapat dinyatakan bahwa ikan tersebut tidak mempunyai kemampuan untuk memakan dan mencerna material lain selain tumbuhan, oleh karena itu ikan pemakan tumbuhan cenderung memakan material tumbuhan yang lambat dicerna. Ikan herbivore ini harus dapat mengekstraksi nutrient melalui ususnya yang panjang. Jadi usus ini berfungsi sebagai penahan makanan dalam jumlah besar dalam waktu yang lama untuk mendapat kesempatan penggunaan penuh material makanan yang sudah dicerna. Secara kontras ikan karnivor mempunyai usus yang lebih pendek khusus.

Beberapa garis besar gross morfologi usus macam-macam ikan yang berbeda kebiasaan makanannya

1. Ikan herbivore tidak mempunyai gigi dan mempunyai tapis insang yang lembut dapat menyaring phytoplankton dari air. Ikan ini tidak mempunyai lambung yang benar yaiut bagian usus yang mempunyai jaringan otot kuat, mengekresikan asam, mudah mengembang, terdapat di bagian muka alat pencern makanannya). Ususnya panjang berliku-liku, dindingnya tipis.

2. Ikan karnivore mempunyai gigi untuk menyergap, menahan dan merobek mangsa dan jari-jari tapis ingsangnya menyesuaikan untuk penahan, memegang, memarut dan mengilas mangsa. Punya lambung benar, palsu dan usus pendek, tebal dan elastis.

3. Ikan omnivore mempunyai system pencernaan antara bentuk herbivore dan karnivor

Pengelompokan ikan berdasarkan kepada macam makanannya telah dikenal yaitu sebagai ikan pemakan plankton, pemakan tanaman, pemakan detritus, pemakan insecta, pemakan bangkai,ikan buas dan ikan pemakan campuran. Namun banyak ikan yang mempunyai daya untuk menyesuaikan diridengan keadaan lingkunganya dalam rangka untuk mempertahankan hidupnya.

Salah satu contoh ikan yang mempunyai keistimewaan khusus dalam kebiasaan makanannya dan mencari makanan terdapat pada ikan mas. Ikan ini mencari makan dengan cara menghisap dengan mulut yang dapat dijulurkan dengan mudah. Mulutnya terminal dan tidak mempunyai gigi. Sebagai ganti gigi dan lambung ikan ini mempunyai gigi pharynx untuk mengerus. Dilihat dari segi spesialisasi makanannya, maka ikan ini adalah ikan omnivore euryphagus dan sebagai pemakan yang oportunistik di dalam suatu daerah ekologi yang bermacam-macam. Di daerah musim empat, pada waktu musim dingin makanan bagian terbesarnya adlah makanan yang pada waktu musim panas terbawa dengan makanan lainnya.

BAB III

KESIMPULAN

Feeding habits dapat diartikan sebagai kebiasaan pola makan yang mencakup cara, waktu, area, dan tingkat kebutuhan pakan berdasarkan kebiasaan alaminya.

Food habits dapat diartikan sebagai kebiasaan makan ikan ditinjau dari segi jenis makanan yang biasa dikonsumsi ikan.

Populasi dipengaruhi oleh

1. Jumlah dan kualitas makanan

2. Kemudahan tersedianya makanan yang dipengaruhi suhu, cahaya, ruang, luas permukaan

DAFTAR PUSTAKA

Effendie Ichsan Moch, Prof. Dr. M.Sc, 1997. Biologi Perikanan, Yayasan Pustaka Nusatama, Bogor, Indonesia.

www.google.com


3 komentar:

  1. Makan ikan memang bagus bila dibiasakan. Kalo soal makan ikan, orang Jepang memang jagonya. Website iyaa.com memuat pasaran Jepang menyerap 41,04 persen ekspor ikan dan udang asal Bali, dari total devisa yang diraup sebesar 114,80 juta dolar AS selama 2013.

    BalasHapus
  2. Mas.. Thalassia bukan rumput laut. tapi lamun

    BalasHapus
  3. platform penyedia komoditas segar, distributor ikan laut dll => https://fesafarm.com

    BalasHapus